Tradisi Grebeg Besar Demak

by
Grebeg Besar Demak

indonesiaartnews.or.id – Grebeg Besar Demak adalah tradisi tahunan yang diadakan di Masjid Agung Demak setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Acara ini berlangsung selama bulan Dzulhijjah, terutama menjelang Hari Raya Idul Adha. Nama “grebeg” berasal dari kata yang berarti deru suara angin, atau dapat diartikan sebagai pengiring atau perkumpulan, sementara istilah “besar” diambil dari nama bulan Dzulhijjah dalam kalender Hijriah, yang juga dikenal sebagai bulan Besar. Tradisi ini telah menjadi agenda nasional dan menarik banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

” Baca Juga: Pemeriksaan Kesehatan Hewan Kurban oleh Dinas KPKP DKI Jakarta “

Sejarah Grebeg Besar Demak

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Grebeg Besar Demak berawal dari tradisi para raja Jawa yang menyelenggarakan selamatan kerajaan (wilujengan nagari) setiap tahun baru. Ketika Walisongo mulai menyebarkan agama Islam pada abad ke-15, tradisi ini mulai berpadu dengan budaya Islam. Para wali, yang dekat dengan raja dan kerabat kerajaan, menggagas Grebeg Besar sebagai media dakwah. Sultan Fattah dan Sunan Kalijaga berperan penting dalam pembentukan tradisi ini, termasuk Grebeg Maulid, Grebeg Dal, Grebeg Syawal, dan Grebeg Besar.

Dalam jurnal “Perayaan Grebeg Besar Demak sebagai Sarana Religi dalam Komunikasi Dakwah,” Nur Ahmad menyatakan bahwa tradisi Grebeg Besar awalnya diadakan sebagai upacara peringatan hari jadi Masjid Agung Demak. Masjid ini dibangun oleh Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Ampel. Untuk menarik masyarakat Demak yang belum memeluk Islam, acara Grebeg Demak dirancang dengan permainan dan pertunjukan kesenian tradisional yang digemari masyarakat saat itu. Keberhasilan acara ini membuat banyak orang datang ke Masjid Demak untuk mengikuti Grebeg Demak.

Baca Juga :   Minat WNA terhadap Properti di Indonesia Meningkat Pesat

Rangkaian Acara

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, rangkaian acara Grebeg Besar Demak dilakukan sesuai urutan setiap tahunnya. Tradisi dimulai dengan pisowanan atau silaturahmi antara pihak Kasepuhan Kadilangu dengan Bupati dan Wakil Bupati Demak serta jajaran Muspida Demak. Bupati Demak dan rombongan bersilaturahmi ke Kasepuhan Kadilangu di Pendopo Notobratan, Kadilangu, Demak. Sesepuh Kadilangu dan keluarga Kasepuhan kemudian bersilaturahmi ke Kabupaten Demak.

” Baca Juga: Bellingham Jadi Sorotan di Laga Inggris vs Serbia di Euro 2024 “

Acara dilanjutkan dengan ziarah ke makam leluhur Sultan Bintoro dan Sunan Kalijaga. Setelah silaturahmi, Bupati membuka Grebeg Besar di lapangan Tembiring Jogo Indah. Pada malam menjelang Idul Adha, dilakukan tumpengan Walisongo sebagai simbol kontribusi Walisongo dalam dakwah Islam di Masjid Agung Demak. Puncak acara Grebeg Besar pada tanggal 10 Dzulhijjah meliputi arak-arakan gunungan yang diperebutkan oleh masyarakat. Di hari yang sama, ada prosesi pawai iring-iringan prajurit Patangpuluhan dan penjamasan pusaka Sunan Kalijaga. Rangkaian acara ini menunjukkan bagaimana tradisi Grebeg Besar tidak hanya menjadi perayaan keagamaan, tetapi juga sarana dakwah dan penguatan identitas budaya.

No More Posts Available.

No more pages to load.